PDA Test Banten
merupakan pengujian pondasi tiang pancang dan bore pile yang dilakukan dengan
menggunakan uji gema sonic dan uji strain integritas rendah. Pengujian ini
menggunakan sensor accelerometer di atasnya sehingga mempermudah pembacaan
gelombang ketika diberika pukulan dengan hammer.
Langkah Pengerjaan :
Sebelum melakukan
pengujian permukaan pondasi bore pile dihaluskan dengan menggunakan gerinda.
Hal ini untuk menghilangkan sisa-sisa material bekas cor yang menempel pada
permukaan yang mungkin saja akan mengganggu saat proses pengujian.
Data berupa tanggal
pengeboran tanah dan tanggal pengecoran pondasi harus diberikan pada petugas
penguji agar dapat memperhitungkan beban yang akan diberikan pada pondasi
tersebut.
Setelah permukaan
pondasi sudah halus dan rata, sensor dapat dipasangkan pada permukaan dan
kemudian diberikan beban antara 1,5 kg – 12 kg mulai yang paling besar agar
mengetahui pantulan gelombang pada ujung tiang bawah.
Harga PDA Test Terbaik
Di Banten
Untuk harga PDA Test
tiang pancang dan bored pile umumnya pengetesan ini dilakukan sebanyak 1 % dari
jumlah semua titik pemancangan pondasi. Setidaknya ada 5 faktor yang
menyebabkan perbedaan harga, perbedaan harga tsb :
1.
Biaya berdasarkan per titik pile. 3,500,000s/d 4.000.000
2.
Biaya analisis.Rp. 1.800.000
3.
Biaya Mob/Demob alat (biayanya berbeda beda tergantung lokasi / wilayah).
Pada tgl 16 Maret 2023
kami sedang melakukan pengetesan Pda Test di Banten tepatnya di Jalan Banten
RT.2, , Kec. Banten dengan mengunakan Drop hamer 5 Ton hasil yang di dapat
daya dukung 120 ton dengan menggunanakan alat PDA test merek RSI untuk tiang
Bor pile 40 cm dalam 6 m .
Asal usul dan sejarah nama Banten Dilansir dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Banten, ada beberapa kisah mengenai asal usul dan sejarah nama Banten. Kisah pertama adalah asal usul nama Banten dari istilah istilah “katiban inten”. Asal usul nama Banten disebut berasal dari istilah “katiban inten” yang berarti kejatuhan intan. Sejarah dari istilah “katiban inten” ini berawal dari sejarah Banten yang semula masyarakatnya menyembah berhala, kemudian memeluk agama Budha. Kemudian ajaran Islam masuk ke Banten, dan masyarakat pun mulai mengenal dan memeluk agama Islam. Masyarakat Banten yang memeluk Islam inilah yang digambarkan seolah-olah kejatuhan intan. Kisah kedua adalah asal usul nama Banten dari istilah istilah “ban inten”. Kisah ini berasal dari cerita Sanghyang Batara Guru Jampang yang melakukan perjalanan dari timur ke barat. Sanghyang Batara Guru Jampang kemudian sampai ke suatu tempat yang bernama Surasowan. Setibanya di Surasowan, Batara Guru Jampang duduk di atas batu yang kemudian dinamakan “watu gilang”. Watu Gilang berasal dari penampakan batu yang disebut bercahaya, yang kemudian dihadiahkan kepada raja Surasowan. Diceritakan bahwa Surasowan dikelilingi sungai yang jernih airnya, seolah-olah negeri ini dikitari oleh bintang biduri. Surasowan dilukiskan sebagai cincin yang diemban dengan intan atau dalam bahasa setempat disebut “ban inten” yang kemudian menjadi asal nama Banten. Lihat Foto Jejak sejarah kejayaan Kesultanan Banten atau Keraton Surosowan yang terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, kawasan Banten Lama, Kota Serang, Banten, masih bisa ditemui dari berbagai peninggalan peninggalan yang masih tersisa. (Istimewa) Kisah ketiga adalah asal usul nama Banten dari istilah istilah kata “bantahan”. Cerita yang menyebutkan bahwa Banten berasal dari kata “bantahan”, berawal dari kisah tentang masyarakat yang waktu itu tidak mau tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan. Aturan yang dimaksud adalah aturan yang dibuat oleh Belanda ketika tengah menjajah wilayah Banten. Walau begitu, asal usul nama Banten diperkirakan muncul jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Kata ini digunakan untuk menamai sebuah sungai, yakni Cibanten. Dataran yang lebih tinggi di tepi Sungai Cibanten disebut dengan Cibanten Girang yang disingkat menjadi Banten Girang (Banten Atas). Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Banten Girang, pemukiman yang ada di wilayah ini sudah ada sejak abad 11 – 12 Masehi. Bahkan pada abad 16 M, daerah Banten Girang berkembang pesat ke arah Serang dan ke arah pantai. Daerah pantai inilah yang kemudian menjadi lokasi berdirinya Kesultanan Banten yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati.